Hidrogen Sebagai Bahan Bakar Alternatif
Masyarakat Indonesia secara menyeluruh dengan ketidaksadarannya dalam menjalankan aktivitas rutin, telah melakukan banyak kerusakan lingkungan yang pada gilirannya akan sangat berbahaya bagi kehidupan manusia itu sendiri. Satu hal yang dapat dikemukakan sebagai pemicu kondisi buruk ini antara lain tingginya tingkat konsumtif masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Akibatnya, semakin tinggi pula potensi tingkat kerusakan lingkungan. Hal yang sama juga dilakukan oleh pihak industri yang masih menggunakan bahan bakar fosil untuk melakukan proses industrinya. Krisis udara tersebut diperparah dengan besarnya permintaan terhadap pasokan kertas dunia yang memaksa beberapa pelaku industri untuk melakukan praktik illegal loging, hal itu tentunya berdampak langsung terhadap keseimbangan alam. Diperkirakan pada tahun 1750-1800 komposisi CO2 adalah 280,000 ppbv (Part per billion by volume) dan sekarang naik menjadi 370,000 ppbv. Hal itu sudah bukan rahasia lagi bahwa CO2 yang berlebih adalah penyebab utama dari peningkatan global warming. Oleh karena itu, diperlukan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan efektif sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar fosil.
Hidrogen merupakan salah satu jenis bahan bakar yang sudah lama diketahui potensinya. Kelebihan bahan hidrogen adalah tidak menghasilkan polusi udara kalau dibakar dan energinya lebih besar dari pada bahan bakar lain. Namun, kelemahannya adalah biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan hidrogen sangat mahal. Itu dikarenakan hidrogen merupakan senyawa yang relatif langka dan jarang dijumpai secara alami di bumi dan biasanya dihasilkan secara industri dari berbagai senyawa hidrokarbon seperti metana. Hidrogen juga dapat dihasilkan dari air melalui proses elektrolisis, namun proses ini secara komersial lebih mahal daripada produksi hidrogen dari gas alam. Maka diperlukan metode lain untuk menghasilkan hidrogen lebih murah dan lebih ramah lingkungan.
Metode revolusioner menggunakan energi matahari untuk menghasilkan hidrogen sebagai sumber energi yang bersih, aman dan murah telah dikembangkan para ilmuan dari Israel, Swedia, Swiss dan Prancis. Teknik ini ditujukan untuk mengekstrak seng murni lebih mudah, cepat dan ramah lingkungan untuk mendorong produksi bahan bakar hidrogen. Metode ini sengaja dirancang dengan tujuan menghasilkan hidrogen dari mereaksikan air dengan logam seng. Para ilmuan berhasil mengembangkan teknik inkonvensional ini untuk menghasilkan logam seng dengan menggunakan deretan cermin yang memantulkan panas ke satu titik. Reaktor yang dibangun di Weitzmann Institute di Israel ini dapat menghasilkan panas hingga 1.200 oC. Dengan menambah sedikit karbon, seng murni dapat dipisahkan dari suhu tersebut. Berdasarkan cara ini, tim ilmuan dapat memperoleh sekitar 50 Kg seng murni setiap jam. Pendinginan seng murni menghasilkan bubuk seng yang lebih mudah dipakai dan didistribusikan. Untuk menghasilkan hidrogen murni, bubuk seng tinggal dicampur ke dalam air dan dipanaskan pada suhu 350 oC. Oksigen dalam air akan berikatan dengan seng menjadi seng oksida dan sisanya adalah hidrogen murni yang siap disimpan ke dalam tabung bahan bakar.
Perlu diketahui, logam seng termasuk salah satu dari empat logam yang berlimpah dan tergolong empat besar logam yang diproduksi selain besi, aluminium dan tembaga. Disamping itu, Negara Indonesia mempunyai potensi logam seng yang besar pula. Ini merupakan peluang besar yang sangat baik untuk menghasilkan bahan bakar alternatif yang lebih murah dan tentunya ramah lingkungan.
Senin, 25 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar